Senin, 17 Desember 2012

Menghidupkan Kembali AM 80 M Band (bagian 2)

Di saat akan menghadapi UAS di Pasca Sarjana UGM saya mencoba untuk menulis bagian akhir cerita menghidupkan kembali AM 80 M Band di Bandar Lampung. Masih ingat Iman sahabat saya? untuk menyambung silahturahmi, saya bertandang ke kediamannya. Kediaman beliau sudah pindah ke Branti Kabupaten Lampung Selatan, lumayan jauh dari kota Bandar Lampung. Kami bernostalgia kembali cerita ngalor ngidul tentang pengebrikan di "cepe" meter. Saya mencoba menghubung-hubungkan kejadian-kejadian agar memory  kembali mengingatnya. Saya mengingat kembali masih menyimpan beberapa foto kegiatan seperti pawai 17 agustus dan Lomba Lintas Alam   Bukit Barisan (LABB) III. Banyak teman-teman yang sulit diingat kembali, mengingat pada era itu "breaker" cepe meter Tanjung Karang Teluk Betung (sekarang Bandar Lampung) banyak jumlahnya.

Sahabat saya Imam menceritakan pada suatu malam ada breaker baru muncul dari Bandar Lampung namanya Imek dan beliau titip salam buat saya sekaligus memberikan nomor teleponnya. Sayapun mencoba mengingatnya, siapa dia? kok kenal saya, padahal saya tidak mengenalnya. Memory saya tidak mampu mengingatnya kembali, kelak akan saya telepon dan buat janji untuk pertemuan. Sudah lelah banyak cerita kami memutuskan untuk mengunjungi senior kami Pak Nawawi yang kebetulan hanya berjarak 10 km dari kediaman Imam. Sesampainya di kediaman Pak Nawawi, sayapun kaget melihat keadaan pisik yang gemuk seperti boss dan ekonomi yang sangat berubah,  saya tidak sadar bahwa lebih dari 20 tahun kami tidak bertemu. Kembali bernostalgia dan melihat-lihat perangkat ngebrik Pak Nawawi, sayapun mulai tergerak untuk kembali ngebrik.  Setelah sholat magrib kamipun pamitan dengan perasaan ingin cepat-cepat bergelut dengan komponen elektronika, mencium bau timah solder dan berburu komponen lawas di loakan dan merealisaikan pemancar.

Hari-hari berlalu saya berkesempatan menelpon rekan saya Imek yang terlupakan, setelah mendapat alamat langsung meluncur ke sana. Sampai di rumahnya, saya masih belum juga mengingatnya, sambil mengobrol saya coba lagi untuk menghubung-hubungkan kegiatan masa lalu, satu kata kunci muncul nama breaker juga Jahidin, oh ya saya baru ingat. Saya beberapa kali kerumah Imek dengan Jahidin menggunakan motor L2 super miliknya.


Tidak afdol kalau berkunjung ke rumah breaker tanpa melihat pemancarnya, betapa kagetnya saya, masih menggunakan pemancar transistor era 80-an dengan final D313. Sampai sejauh mana ngebriknya dengan kondisi banyak gangguan saat ini, akhirnya saya bersedia untuk mengoprek pemancar imek. Skenario pertama menaikan daya pancar dan memodifikasi osilator agar kokoh, skenario kedua membuat pemancar baru dengan final low cost MOSFET, kami pilih keduanya agar dari Bandar Lampung ada wakilnya. Pemancar lama Imek telah telah mengudara sampai pulau kalimantan bahkan Bali, dia satu-satunya breaker AM dari Bandar Lampung. Sambil merakit pemancar baru Imek, saya terus menghubungkan teman-teman untuk ngebrik kembali, walaupun resikonya saya harus membuatkan pemancar. Walaupun hanya satu orang breaker dari Bandar Lampung tetapi sudah cukup untuk menghidupkan kembali AM 80 M Band, yeaaaah AM never die.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar