Minggu, 16 Desember 2012

Menghidupkan Kembali AM 80 M Band (bagian 1)

Sekitar tiga tahun lalu saya kedatangan sahabat lama sewaktu sekolah di STM 2 Mei Tanjung Karang (Bandar Lampung) namanya Imam. Imam bercerita bahwa masih aktif komunikasi di udara (ngbrik) di jalur 80 meter masih menggunakan pemancar (transmitter/TX) tabung saya hibahkan, hanya final-nya telah diganti dengan 2x6146. Senangnya bernostalgia, dia juga mengatakan Pak Nawawi juga aktif kembali menggunakan TX transistor jenis MOSFET pada final-nya. Singkat cerita, sahabat saya ini ingin mengajak saya untuk meramaikan kembali, tetapi karena lahan yang tidak cukup untuk membentangkan antena sayapun masih ber pikir panjang.

Ngbrik di jalur 80 meter merupakan hobi yang mengasyikan, TX buatan sendiri dan untuk mendengarkan menggunakan radio rumahan seperti national, cawang, dll. Dibutuhkan pengalaman untuk untuk menyerobitkan untuk menyamakan frekuensi lawan bicara. Suara radio seperti cuitan, gemerotokan, desis, dll menjadi nada yang indah didengarkan. Pengebrikan mulai menurun semenjak TPI mengudara pada siang hari menumpang pada TVRI, karena ngbrik hanya bisa dilakukan pada dini hari setelah siaran TV selesai. Lho kok tergantung siaran TV? ya karena kalau kita ngbrik mengganggu siaran TV, maklum saat itu kualitas TX masih rendah dan masih menggunakan antena long wire sehingga sulit mengendalikan kelipatan frekuensinya. Satu lagi yang membuat geleng kepala kalau mengingatnya, yang digunakan untuk ngbrik fekuensinya adalah 3 MHz atau 100 meter, yang dikenal dengan istilah cepe meter.
Pada tahun 1993 setelah berhenti kerja sebagian uang gaji terakhir saya belanjakan TX tabung eks teman yang sudah berhenti ngbrik.  TX tersebut direstorasi dengan final 2x12GB7, sistem sudah lebih baik dan menggunakan antena dua kutub dengan penyalur coaxial, sehinggan tidak mengganggu siaran TV, saya gunakan hanya setahun di jalur 80 meter. Tahun 1994 saya berekperimen TX FM dan mencoba ngbrik sampai TH 1995. Akhir TH 1995 saya berangkat ke Yogyakarta untuk kuliah, selesai TH 2001. Setelah selesai kuliah  sempat mebuat TX dengan final sebuah tabung 807, saya gunakan hanya setahun karena akan menikah. Setelah menikah TX tersebut saya hibahkan ke sahabat saya Imam sedangkan TX 2x12GB7 saya simpan baik-baik.

13 komentar:

  1. Trims teman-teman, Om Agus, Om Ishaq atas komenya memicu saya untuk terus menulis walaupun blog ini masih sederhana.

    BalasHapus
  2. salut mas bro, jadi inget masa2 STM dulu nih, maen di 100m Band. saya jg dulu ngebrik di jalur 100 M Band pake transistor dan jg pake lampu EL84 osilator & 12GB7 buat Fynal ( lampu boleh nyopotin dari TV tabung )

    BalasHapus
    Balasan
    1. EL 84 osc, final 12 GB7 memang murah meriah kala itu, sudah bisa ngacir.......

      Hapus
  3. mantabs boss, walau saya waktu itu cuman pake 6v6 dan 6L6....

    BalasHapus
  4. asa waraas maca tulisan salira tepi ka teu karaos nyaclak cimata

    BalasHapus